Sekilas Tentang
Pemikiran Al-Kindi
Aida Rukmana Hadi (15709251093)
Pend. Matematika Kelas A
Perkembangan
kemajuan ilmu pengetahuan tidak akan pernah terlepas dari peranan dan pengaruh
yang sangat kuat dari para tokoh baik itu para filsuf maupun para ilmuwan.
Dengan adanya pemikiran merekalah, saat ini ilmu pengetahuan dapat berkembang
dengan sangat pesat sehingga dapat kita rasakan dan kita petik manisnya buah
dari kerja keras mereka. Al-Kindi merupakan salah seorang sosok filsuf dan
ilmuwan yang luar biasa dan sangat berpengaruh dalam perkembangan ilmu
pengetahuan. Dari
berbagai bacaan yang saya peroleh al-Kindi dipandang sebagai filsuf islam
pertama yang terlahir dari keturunan arab asli.
Nama
lengkap yang disandang oleh beliau adalah Abu Yusuf Ya'kub bin Ishaq As-Shabbah
bin 'Imran bin Ismail bin Muhammad Al-Asy'ats bin Qays Al-Kindi. Beliau
dilahirkan di Kufah sekitar tahun 185 H (801 M). Nama al-Kindi beliau peroleh
dari penisbatan pada sukunya yakni Banu Kindah yang merupakan salah satu suku besar
daerah Jazirah Arab Selatan.
Al-Kindi
sejak kecil sudah mulai berkutat dengan ilmu
pengetahuan dan pendidikan, beliau sangat mahir membaca tulisan dan berbagai bacaan
yunani yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa arab. Tidak hanya itu,
beliau juga mahir dan menulis berbagai
karya-karya dalam bidang filsafat, ilmu pengobatan, psikologi, farmakologi, matematika,
optik, dan sebagainya.
Menurut al-Kindi cabang ilmu matematika merupakan cabang ilmu yang paling penting, Menurutnya
seseorang tidaklah mungkin bisa menguasai filsafat apabila seseorang tersebut
tidak terlebih dulu menguasai matematika. Paling utama yang menjadi cakupan
dalam matematika adalah ilmu bilangan atau aritmatika, karena menurutnya tanpa
adanya bilangan maka tidak akan ada suatu apapun itu.
Filsafat menurut al-Kindi adalah sebagai pengetahuan tentang segala sesuatu sejauh yang dapat dijangkau
oleh manusia. Al-Kindi
menegaskan bahwa filsafat memiliki keterbatasan dan manusia tidak akan dapat
mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan surga, neraka, dan kehidupan di
akhirat. Walaupun al-Kindi
mempelajari
filsafat-filsafat yunani dan terpengaruh pemikiran-pemikiran para
filsuf khususnya Plato dan Aristoteles, beliau tidak secara otomatis menerima
dan mengikuti begitu saja pemikiran-pemikiran dari para filsuf Yunani, ada beberapa hal dari
pemikiran-pemikiran para filsuf tersebut yang beliau rasa bertentangan dengan
ajaran Islam yang diyakininya sehingga diperlukan analisis yang mendalam dalam
menyesuaikan pemikiran-pemikiran tersebut dengan ajaran agama. Beliau
menyeimbangkan antara
filsafat dan agama yang didasarkan pada tiga alasan yaitu: (1) Ilmu agama merupakan
bagian dari filsafat. (2)
Wahyu
yang diturunkan kepada Nabi dan kebenaran filsafat saling bersesuaian. (3) Menuntut ilmu, secara logika, diperintahkan dalam agama. Dalam membuktikan adanya Tuhan
dengan jalan filsafat, al-Kindi memberikan argumen tentang keteraturan alam dan peredaran alam dimana sebagai
bukti adanya Tuhan serta alam adalah ciptaan Tuhan.
Sedangkan pendapatnya tentang
keberadaan jiwa, beliau mengatakan bahwa jiwa memiliki wujud tersendiri yang
terpisah dari badan, serta substansinya adalah berasal dari Tuhan. Disini, beliau juga berupaya untuk membuktikan bahwa
berfilsafat itu bukan kegiatan yang menyesatkan dan terlarang tetapi kegiatan
mengolah pikiran untuk mencari kebenaran dari sebuah permasalahan.
Referensi:
http://syafieh.blogspot.co.id/2013/03/filsafat-al-kindi.html

0 komentar:
Posting Komentar