FISAFAT
ITU.....
(Ada
dan mungkin Ada)
Aida
Rukmana Hadi (15709251093)
Tulisan ini merupakan refleksi kedua dari perkuliahan filsafat ilmu
pertemuan kedua pada hari Selasa, 15 September 2015 bertempat di ruang 305B
Gedung lama pascasarjana pukul 11.10 – 12.50 WIB yang dihadiri oleh mahasiswa
S2 Pendidikan Matematika kelas A dengan dosen pengampu Prof. Dr. Marsigith. MA.
Pada perkuliahan tersebut beliau membahas tentang objek-objek dari filsafat.
Objek filsafat itu adalah yang ADA dan MUNGKIN ADA. Terdapat
bermiliar-miliar pangkat bermiliar-miliar objek filsafat yang ADA dan MUNGKIN
ADA, banyak sekali contohnya. Salah satu contoh objek filsafat yang MUNGKIN ADA
yaitu kejadian besok pagi. Apakah kejadian masa lampau itu merupakan hal
yang MUNGKIN ADA?? Bisa jadi, karena masa lampau itu pasti dialami oleh
setiap manusia tapi belum tentu manusia itu mengetahui masa lampau manusia
lainnya. Maka kejadian masa lampau dikatakan hal yang MUNGKIN ADA. ADA bagi
manusia itu tapi belum tentu ADA pada manusia lainnya.
Pada perkuliahan pertemuan kedua ini, Pak Prof. Dr. Marsigith. MA
bertanya pada kami mahasiswanya. Pertanyaannya seperti ini “Apakah kalian
tahu tanggal lahir cucu saya??” sontak kami sebagai mahasiswanya kaget,
karena diantara kami tidak ada satupun yang mengetahui tanggal kelahiran cucu
beliau. Hal ini berarti ADA di dalam pikiran beliau tetapi tidak ADA di dalam
pikiran kami dan hal itu kemungkinan ADA bagi kami. Kemudian beliau
memberitahukan tanggal kelahiran cucunya sehingga kami menjadi tahu. Hal ini
menegaskan hal yang awalnya kami tidak tahu menjadi tahu, hal yang awalnya
TIDAK ADA bagi kami menjadi ADA karena kami sudah mengetahuinya. Dari
ketidaktahuan, ketidaktelitian, dan ketidaksempurnaan manusia bisa hidup. Karena
sebenar-benarnya hidup adalah berusaha untuk menuju ketuntasan atau
kesempurnaan.
Masalah-masalah filsafat ada 2 macam yaitu:
1.
Jika
dia berada di luar pikiran kita yang menjadi masalah adalah bagaimana cara
mengerti.
2.
Jika
dia berada di dalam pikiran kita yang menjadi masalah adalah bagaimana cara
kita untuk menjelaskannya.
Prinsip-prinsip berpikir menurut Immanuel Kant itu ada 2 macam
yaitu:
1.
Prinsip
kontradiksi, karena predikat tidak sama dengan subjeknya.
2.
Hukum
Identitas, sebenarnya A ≠
A, A yang pertama lebih dulu diucapkan daripada A yang kedua karena adanya
ruang dan waktu yang berbeda. Secara filsafat, matematika terbagi menjadi dua yaitu aritmatika
(waktu) dan geometri (ruang). Matematika yangsudah ada dijadikan program basic
komputer dengan A = A + 1 adalah benar, karena sesuai dengan waktu dan proses
yaitu A pertama berbeda dengan A kedua.
Sudah dijelaskan pada
refleksi pertama bahwa alat berfilsafat adalah bahasa analog, yaitu lebih
lembut, halus, dan mendasar daripada kiasan. Jika ditujukan kepada hati, bahasa
analog bisa bermakna doa, ketuhanan, atau spiritualitas. Untuk bisa memahami
bahasa analog adalah dengan cara memperbanyak bacaan elegi khususnya elegi yang
diposting oleh bapak Prof. Dr. Marsigith. MA. Cara mempelajari filsafat adalah dengan
meggunakan metode hidup (Hermenetika). Jika metode hidup diterapkan dalam
pembelajaran matematika, pembelajaran akan menyenangkan dan tidak menyadari
bahwa ilmu telah teserap sehingga dalam pembelajaran siswa tidak mengalami
stress atau goncangan akibat pembelajaran matematika yang sudah tersugesti
sulit. Jika metode hidup itu sudah dibangun, maka seseorang akan memiliki
filsafatnya sendiri.
Filsafat memiliki
aliran-alirannya seperti:
1.
Idealis atau Rasionalis yang berarti menganggap ada, walaupun hanya di
dalam pikiran. Tokohnya yaitu Plato. Contohnya, seseorang menunjukkan sebuah
benda kepada kita. Benda itu otomatis akan terekam dan menjadi ADA di dalam dan
nyata secara fisik di luar pikiran. Walaupun seseorang itu menyembunyikan benda
tersebut dan benda itu hilang, benda tersebut masih ADA yaitu dalam pikiran
kita karena bayangan benda itu masih sangat jelas.
2.
Realis murni yaitu menganggap ADA atau TIDAK ADAnya sebuah benda
tergantung nyata atau tidak nyatanya benda tersebut. Menganggap ADA hanya jika
benda itu ada di depan matanya dan jika benda itu menghilang maka benda itu
dikatakan TIDAK ADA. Tokoh dari realis murni adalah Aristoteles.
Dalam kehidupan nyata,
keduanya harus ada untuk menyeimbangkan ruang dan waktu. Dalam analognya,
aliran plato merupakan pikiran dan aliran aristoteles berarti pengalaman. Jadi
sebenar-benarnya ilmu adalah pengalaman yang dipikirkan.
Jadi, dapat kita
peroleh bahwa hakikat dari belajar filsafat itu adalah mengadakan hal yang MUNGKIN
ADA menjadi ADA dan jangan cepat merasa puas terhadap ilmu yang kita peroleh,
karena yang kita dapat itu masih sebagian kecil dari bermiliar-miliar dari ilmu
yang ada dijagat raya ini. Semangat berjuaaaang dan terimakasih…
It's okay
BalasHapus