Senin, 21 September 2015

Refleksi Filsafat Ilmu 2

FISAFAT ITU.....
(Ada dan mungkin Ada)

Aida Rukmana Hadi (15709251093)

Tulisan ini merupakan refleksi kedua dari perkuliahan filsafat ilmu pertemuan kedua pada hari Selasa, 15 September 2015 bertempat di ruang 305B Gedung lama pascasarjana pukul 11.10 – 12.50 WIB yang dihadiri oleh mahasiswa S2 Pendidikan Matematika kelas A dengan dosen pengampu Prof. Dr. Marsigith. MA. Pada perkuliahan tersebut beliau membahas tentang objek-objek dari filsafat.
Objek filsafat itu adalah yang ADA dan MUNGKIN ADA. Terdapat bermiliar-miliar pangkat bermiliar-miliar objek filsafat yang ADA dan MUNGKIN ADA, banyak sekali contohnya. Salah satu contoh objek filsafat yang MUNGKIN ADA yaitu kejadian besok pagi. Apakah kejadian masa lampau itu merupakan hal yang MUNGKIN ADA?? Bisa jadi, karena masa lampau itu pasti dialami oleh setiap manusia tapi belum tentu manusia itu mengetahui masa lampau manusia lainnya. Maka kejadian masa lampau dikatakan hal yang MUNGKIN ADA. ADA bagi manusia itu tapi belum tentu ADA pada manusia lainnya.
Pada perkuliahan pertemuan kedua ini, Pak Prof. Dr. Marsigith. MA bertanya pada kami mahasiswanya. Pertanyaannya seperti ini “Apakah kalian tahu tanggal lahir cucu saya??” sontak kami sebagai mahasiswanya kaget, karena diantara kami tidak ada satupun yang mengetahui tanggal kelahiran cucu beliau. Hal ini berarti ADA di dalam pikiran beliau tetapi tidak ADA di dalam pikiran kami dan hal itu kemungkinan ADA bagi kami. Kemudian beliau memberitahukan tanggal kelahiran cucunya sehingga kami menjadi tahu. Hal ini menegaskan hal yang awalnya kami tidak tahu menjadi tahu, hal yang awalnya TIDAK ADA bagi kami menjadi ADA karena kami sudah mengetahuinya. Dari ketidaktahuan, ketidaktelitian, dan ketidaksempurnaan manusia bisa hidup. Karena sebenar-benarnya hidup adalah berusaha untuk menuju ketuntasan atau kesempurnaan.
Masalah-masalah filsafat ada 2 macam yaitu:
1.    Jika dia berada di luar pikiran kita yang menjadi masalah adalah bagaimana cara mengerti.
2.    Jika dia berada di dalam pikiran kita yang menjadi masalah adalah bagaimana cara kita untuk menjelaskannya.
Prinsip-prinsip berpikir menurut Immanuel Kant itu ada 2 macam yaitu:
1.    Prinsip kontradiksi, karena predikat tidak sama dengan subjeknya.
2.    Hukum Identitas, sebenarnya A ≠ A, A yang pertama lebih dulu diucapkan daripada A yang kedua karena adanya ruang dan waktu yang berbeda. Secara filsafat, matematika terbagi menjadi dua yaitu aritmatika (waktu) dan geometri (ruang). Matematika yangsudah ada dijadikan program basic komputer dengan A = A + 1 adalah benar, karena sesuai dengan waktu dan proses yaitu A pertama berbeda dengan A kedua.
Sudah dijelaskan pada refleksi pertama bahwa alat berfilsafat adalah bahasa analog, yaitu lebih lembut, halus, dan mendasar daripada kiasan. Jika ditujukan kepada hati, bahasa analog bisa bermakna doa, ketuhanan, atau spiritualitas. Untuk bisa memahami bahasa analog adalah dengan cara memperbanyak bacaan elegi khususnya elegi yang diposting oleh bapak Prof. Dr. Marsigith. MA. Cara mempelajari filsafat adalah dengan meggunakan metode hidup (Hermenetika). Jika metode hidup diterapkan dalam pembelajaran matematika, pembelajaran akan menyenangkan dan tidak menyadari bahwa ilmu telah teserap sehingga dalam pembelajaran siswa tidak mengalami stress atau goncangan akibat pembelajaran matematika yang sudah tersugesti sulit. Jika metode hidup itu sudah dibangun, maka seseorang akan memiliki filsafatnya sendiri.
Filsafat memiliki aliran-alirannya seperti:
1.    Idealis atau Rasionalis yang berarti menganggap ada, walaupun hanya di dalam pikiran. Tokohnya yaitu Plato. Contohnya, seseorang menunjukkan sebuah benda kepada kita. Benda itu otomatis akan terekam dan menjadi ADA di dalam dan nyata secara fisik di luar pikiran. Walaupun seseorang itu menyembunyikan benda tersebut dan benda itu hilang, benda tersebut masih ADA yaitu dalam pikiran kita karena bayangan benda itu masih sangat jelas.
2.    Realis murni yaitu menganggap ADA atau TIDAK ADAnya sebuah benda tergantung nyata atau tidak nyatanya benda tersebut. Menganggap ADA hanya jika benda itu ada di depan matanya dan jika benda itu menghilang maka benda itu dikatakan TIDAK ADA. Tokoh dari realis murni adalah Aristoteles.
Dalam kehidupan nyata, keduanya harus ada untuk menyeimbangkan ruang dan waktu. Dalam analognya, aliran plato merupakan pikiran dan aliran aristoteles berarti pengalaman. Jadi sebenar-benarnya ilmu adalah pengalaman yang dipikirkan.

Jadi, dapat kita peroleh bahwa hakikat dari belajar filsafat itu adalah mengadakan hal yang MUNGKIN ADA menjadi ADA dan jangan cepat merasa puas terhadap ilmu yang kita peroleh, karena yang kita dapat itu masih sebagian kecil dari bermiliar-miliar dari ilmu yang ada dijagat raya ini. Semangat berjuaaaang dan terimakasih… 

1 komentar: