HIDUP ITU...
“Santun
terhadap RUANG dan WAKTU”
Tulisan
ini merupakan refleksi keenam dari perkuliahan filsafat ilmu pertemuan keenam
pada hari Selasa, 20 Oktober 2015 bertempat di ruang 305B Gedung lama
pascasarjana pukul 11.10 – 12.50 WIB yang dihadiri oleh mahasiswa S2 Pendidikan
Matematika kelas A dengan dosen pengampu Prof. Dr. Marsigith. MA. Pada
perkuliahan tersebut beliau membahas tentang manembus ruang dan waktu. Pada pertemuan
kali ini, diawali dengan tes jawab singkat seperti pertemuan-pertemuan
sebelumnya dengan tema menembus ruang dan waktu yang ternyata masih banyak
sekali kesalahan-kesalahan saya dalam menjawab tes tersebut, hal ini
menyadarkan bahwa saya masih belum memahami filsafat dan harus lebih banyak
lagi belajar dan membaca. Refleksi dari tes jawab singkat pada pertemuan kali
ini yaitu sebagai berikut:
Ontologinya batu adalah wadah dan isi
Metafisiknya batu adalah yang ada dan mungkin ada
Epistimologinya batu adalah sumber, pembenaran dan manfaat
Fatalnya batu adalah absolut
Vitalnya batu adalah subyek batu
Ketetapannya batu adalah Kuasa Tuhan
Relatifnya batu adalah batu-batuan
Spiritualnya batu adalah tasbih
Normatifnya batu adalah jumlah batu
Estetikanya batu adalah batu hias, batu akik, cincin
Formalnya batu adalah prasasti, monumen
Determinisnya batu adalah batu besar menimpa batu kecil
Potensinya batu adalah pecah
Abstraknya batu adalah sifat batu
Idealnya batu adalah batu sempurna atau Hajar Aswad
Analitiknya batu adalah banyak atau jumlah batu
A priorinya batu adalah magma
Sintesisnya batu adalah semen
Posteriorinya batu adalah batu sandung
Reduksinya batu adalah jatuh
Analognya batu adalah kepala batu
Harmoninya batu adalah seimbang atau tidak seimbang
Wadahnya batu adalah gunung
Isinya batu adalah kerikil
Sebabnya batu adalah utama dan prima
Akibat batu adalah predikat atau sifat
Dialeknya batu adalah benturan
Sejarahnya batu adalah menembus ruang dan waktu
Skeptisnya batu adalah gempa
Kesadarannya batu adalah dipersepsi
Khayalannya batu adalah dikhayalkan sebagai subyek
Bercintanya batu adalah subyeknya bercinta
Utilitariannya batu adalah ada, mengada dan pengada
Teleologinya baru adalah yang ada dan mungkin ada
Transendennya batu adalah rumah para dewa
Realismenya batu adalah penampakan batu
Konsistennya batu adalah sekali batu tetap batu
Korespondensinya batu adalah sama-sama dipersepsi
Jiwanya batu adalah subyek
Ideologinya batu adalah tembok Berlin
Kontradiksinya batu adalah batu apung
Setelah melakukan tes jawab singkat, Bapak memberikan
kesempatan bagi kami para mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan. Beberapa
pertanyaan yang muncul dan peryataan dari Bapak Prof. Marsigit saya coba
refleksikan dalam tulisan berikut ini:
Pertanyaan 1: Terkait dengan
menembus ruang dan waktu yang tingkatannya yaitu spiritual, normatif,
insting/intuisi, pengalaman tetapi mengapai ujian filsafat bisa seperti itu?
Siang
dan malam adalah struktur dunia. Semua makhluk di dunia ini juga memiliki
struktur sadar atau tidak sadar. Filsafat itu intensif dan ekstensif, dalam
sedalam-dalamnya, luas seluas-luasnya. Jika seseorang ingin mengidentifikasi
semua struktur yang ada di dunia ini maka ia tidaka akan pernah bisa untuk
menyelesaikannya. Di dalam mempelajari filsafat terdapat struktur-struktur yang
bermanfaat, efisien, efektif, yang bisa digunakan yaitu material, formal,
normatif, dan spiritual yang gunanya untuk menyadarkan kita sebagai makhluk.
Terdapat bermiliar-miliar sifat dari kehidupan, bermiliar-miliar indikator
kriteria baik dan sukses. Jika seseorang ingin sukses maka sopan santunlah
terhadap ruang dan waktu. Sopan santun terhadap ruang dan waktu adalah bukan hal
yang diam dan tetap tetapi merupakan sesuatu yang dinamik atau seimbang antara
diam dan tetap. Jangankan manusia, batupun mampu untuk menembus ruang dan
waktu. Sadar atau tidak sadar batu mengalami perubahan pada ruang dan waktunya
yang menyadari hal tersebut adalah subyeknya, yang menjadi masalah adalah
bagaimana cara subyek atau keterampilannya dalam menembus ruang dan waktu. Tes
jawab singkat ketiga ini menjadi contoh, untuk bisa menembus ruang dan waktu
adalah kita memerlukan perbendaharaan kata. Sebenar-benarnya dunia adalah
bahasa maka menurut filsafat, bahasa atau analitik merupakan kata-kata
seseorang. Sebenar-benarnya kata-kata yang bersumber dari seseorang adalah
menunjukkan dunianya, maka berhati-hatilah ketika berucap atau berkata-kata
karena menurut segi spiritual kata-kata atau ucapan adalah doa. Berhati-hatilah
ketika marah, seorang pemarah merupakan determinist. Determinist itu adalah
menembus ruang dan waktu yang salah. Maka perjuangan hidup yang benar adalah
menembus ruang dan waktu yang bijaksana. Setiap orang memiliki cara yang
berbeda-beda dalam menembus ruang dan waktunya. Di dalam filsafat, seseorang
dapat membangun dunia dari yang ada dan mungkin ada dengan memiliki
keterampilan dalam menembus ruang dan waktu. Agar dapat menembus ruang dan
waktu benar dan baik sesuai dengan tujuan, diperlukan pengetahuan dan
perbendaharaan kata. Misalkan percaya pada hubungan antara subyek dan obyek
antara wadah dan isi. Hubungan disini artinya menghubungkan antara di luar dan
di dalam. Fungsi dari tes yang di atas bukan untuk menguji tetapi mengadakan
sesuatu yang mungkin ada menjadi ada. Tetapi terkadang kami sebagai mahasiswa
tidak menyadari. Pura-pura mengerti tetapi tidak mengerti. Hal ini merupakan
musuh besar dalam berfilsafat, memerangi diri sendiri lebih berat daripada
memerangi orang lain. Memerangi diri sendiri adalah menyadari bahwa ia telah
mengerti ketidakmengertiannya.
Pertanyaan
2: Bagaimana filsafat itu memandang kepercayaan, kepada seseorang sedangkan untuk
bisa mempercayai orang tersebut sangatlah sulit?
Percaya itu ada di dalam dan ada di luar, ada di dalam
hubungan antara subyek dan obyek. Jika seseorang sebagai subyek maka yang di
luar dari seseorang itu obyeknya atau sifat-sifatnya. Berfilsafat itu fungsinya
mencari kepastian dan kebenaran, tetapi jika seseorang mencari kepastian itu
pertanda bahwa seseorang itu tertangkap oleh ruang dan waktu yang salah atau
terjebak dalam mitos. Kepastian itulah yang disebut dengan mitos, kecuali
kepastian itu adalah keyakinan seseorang dalam hal spiritualitas atau keyakinan
dan kepercayaan kita kepada Sang Pencipta. Tujuan dari filsafat adalah
membongkar kepastian itu. Ketidakpercayaan ini memiliki aliran, jika
ketidakpercayaan tersebut dibangun maka jadilah dunia yang penuh dengan
ketidakpercayaan.
Di dalam filsafat, hal ini disebut
dengan skeptisisme dan
tokohnya adalah Rene Descartes. Dimana ia sering bermimpi dan mimpinya sangat
nyata, ia tidak bisa membedakan antara dunia mimpi dan dunia nyata. Sampai-sampai ia meragukan keyakinannya
terhadap Tuhan, sehingga ia mencari kepastian apa yang bisa dijadikan tonggak
kepastian. Ternyata, kepastian yang diperolehnya adalah ia menyadari bahwa ia
sedang bertanya pada dirinya sendiri apakah ia berada di alam mimpi atau nyata.
Hal ini menyadarkan ia bahwa dengan bertanya dan memikirkan hal tersebut
berarti ia tidak dalam keadaan bermimpi. Ia merasa ada dan berada di alam nyata
karena ia sedang berpikir. Corgito Ergosum “Aku ada karena aku berpikir”.
Seseorang ada karena ia mengadakan dirinya, menunjukkan dirinya dengan
berkarya.. dan jika seseorang dipenuhi dengan ketidakpastian atau penuh dengan
keragu-raguan hendaknya ia berdoa. Berdoalah dengan adab dan tata cara yang
benar.
0 komentar:
Posting Komentar